Jakarta – Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono memberikan kuliah umum di Universitas Bina Nusantara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Dalam kuliah umum itu Gatot menyinggung soal unjuk rasa yang berakhir rusuh di Manokwari, Papua Barat yang dipicu berita bohong (hoax).

“Salah satu peristiwa adanya unjuk rasa di Manokwari, itu karena adanya berita hoax bahwa peristiwa di Surabaya menimbulkan korban jiwa, jadi masyarakat terprovokasi,” ujar Garot di Kampus Binus, Jalan Kebon Jeruk Raya, Jakarta Barat, Selasa (20/8/2019).

Oleh sebab itu, Gatot mengingatkan generasi muda agar bijak menggunakan media sosial, khususnya dalam menyebarkan berita yang tak dijamin kebenarannya.

“Oleh karena itu, kita harus bijak dalam menyikapi ini, karena kalau nggak bijak, akan terjadi disintegrasi bangsa, apalagi bangsa kita beragam dan sangat mudah dicari perbedaannya,” ujar Gatot.

Dalam kuliah umum tersebut Gatot membahas Kejahatan Siber di Era Revolusi Industri 4.0. Saat ini menurutnya ada dua kejahatan siber yang membahayakan generasi bangsa.

“Ada dua tipe cyber crime, pertama adalah computer assisted crime, kejahatan yang menggunakan komputer. Seperti judi online, pornografi anak, lalu internet fraud, dan lain sebagainya. Kedua, ada computer targeted crime, yaitu bagaimana berita berita hoax disebarkan, narasi narasi kebencian itu disampaikan, bagaimana penyebarannya, hingga dampaknya seperti apa,” ujar Gatot di hadapan ratusan mahasiswa Binus yang hadir.

Gatot juga menyebutkan bagaimana kejahatan siber juga berpotensi menimbulkan gangguan keamanan, konflik sosial, bahkan disintegrasi bangsa Indonesia. “Ketika suatu negara ingin menguasai negara lain, sekarang tidak lagi secara konvensional, militer dengan militer, tapi perang proxy. Salah satunya dengan media sosial,” ujar Gatot.

“Yang pertama dicari adalah perbedaan-perbedaan terbesar yang ada di negara itu. Perbedaan perbedaan itulah yang diangkat, dan ketika muncul di media sosial, nanti kelompok A akan mengira kelompok B yang membuat, begitu juga sebaliknya. Padahal ada pihak-pihak lain yang membuat, dengan harapan timbul konflik, berdarah-darah, memicu disintegrasi bangsa. Ini istilahnya low intensity operation,” sambung Gatot.

Gatot kemudian menyampaikan data kasus-kasus yang berkaitan dengan siber yang ditangani kepolisian. Jumlah kasus siber sepanjang Januari-Juli 2019 telah mencapai 1.136 kasus dan diprediksi terus meningkat.

“Di tahun 2018, penyebaran konten negatif, terkait berita hoax dan ujaran kebencian ada 1.724 kasus. Lalu dari Januari-Juli 2019 saja, ada 1.136. Ini disamping berita hoax, ujaran kebencian, juga hal hal yang bersifat provokatif yang bisa mengadu domba dan lain sebagainya. Ini tantangan ke depan bagi kita semua,” ujar Gatot.

Gatot menyebut salah satu hal ini yang menyebabkan fenomena ini adalah banyaknya jumlah pengguna internet di Indonesia, namun tidak diimbangi dengan minat baca yang baik.

“Jumlah penduduk kita 268 juta orang. Lalu di antara jumlah tersebut, yang menggunakan internet 150 juta orang. Namun dari penelitian Program International Student Assesment, dari 61 negara yang diteliti daya literasinya, Indonesia menempati peringkat 60, ini nomor kedua dari bawah,” ujar Gatot.

 

 

Sumber :

https://news.detik.com/berita/d-4673555/kuliah-umum-di-binus-kapolda-metro-singgung-rusuh-manokwari-yang-dipicu-hoax