Jika kita mendengar kata Angklung pasti yang terbesit dipikiran kita adalah musik tradisional, karena tidak terlepas dari peranannya yang sering dimainkan oleh acara-acara yang berbau tradisi atau yang biasanya dilakukan turun-temurun lintas generasi. Terlepas dari itu, siapa yang tidak mengenal angklung ? alat musik tradisional yang berasal dari adat sunda, Jawa Barat ini terbuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara menggoyangkannya.

  Alat musik ini terdiri dari beberapa buah, satu alat mewakili satu nada yang harus digoyangkan secara bergantian atau bersamaan untuk mendapatkan nada yang sesuai. Uniknya, angklung ini biasanya dapat dimainkan secara berkelompok atau bahkan sendiri-sendiri. Suara yang keluar dari alat musik ini juga sangat berkarakter sehingga dapat dikenali dengan mudah oleh siapa saja yang mendengarnya.

 Dari alat musik tradisional tersebut, timbullah ide kreatif dan inovatif dari mahasiswa BINUS University dari jurusan Sistem Komputer. Mereka berhasil mengkombinasikan alat musik tradisional yang selama ini telah ada dan dipadukan dengan kecanggihan teknologi yang digeluti selama perkuliahan sehingga terciptalah Angkung Otomatis, begitu mereka menyebutnya. Salah satu alasan mengapa angklung otomatis ini diciptakan juga patut diapresiasi karena untuk melestarikan musik tradisional di Indonesia, khusunya Jawa Barat.

Lebih jauh tentang sang penciptanya, angklung otomatis ini berhasil diciptakan oleh mahasiswa-mahasiswa program 3+1 dengan track research. Marcel Saputra dan Christian Lokonanta adalah sosok yang berperan sangat penting dalam terciptanya angklung otomatis ini, dalam pembuatannya dua nama tersebut juga dibimbing oleh dosen dari jurusan Sistem Komputer yaitu Dr. Rinda Hedwig dan Bapak Rudy Susanto, S.Kom., M.T.I.

Sebagai informasi, program 3+1 merupakan program yang diluncurkan oleh BINUS University dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi para mahasiswa yang menempuh Pendidikan di BINUS. Program ini telah dibentuk dengan mengkombinasikan 3 tahun menempuh Pendidikan secara teori di kampus dan 1 tahun untuk menempuh pengalaman kerja secara praktik diluar kampus. Tentunya, Program ini dapat meningkatkan bukan saja pengetahuan melainkan juga pengalaman yang sangat diperlukan mahasiswa untuk mempersiapkan masa depan.

Tidak hanya sampai disitu, setelah mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan oleh para mahasiswa, BINUS University berkomitmen untuk terus berkontribusi kepada masyarakat dan negara dengan semangat Frostering and Empowering yang juga terlihat dari hasil karya Marcel dan Christian yang dimana mereka dapat menggunakan Ilmu Pengetahuannya dan berkontribusi dalam melestarikan alat musik tradisional Indonesia dengan teknologi canggih yang berhasil dibuatnya.

Mulanya, Marcel dan Christian merasa tertantang untuk memperkuat dan menghidupkan kembali budaya Indonesia yang perlahan mulai dilupakan generasi muda melalui alat music tradisional. Bahkan mungkin, dari sebagian millennials di Indonesia tidak pernah mendengar atau bahkan tidak mengetahui bahwa alat musik ini pernah ada. Maka dari hal tersebut, keberadaan angklung otomatis ini juga dapat menjadi suatu alat penunjang bagi kaum muda di Indonesia.

Angklung dipilih karena angklung merupakan musik orchestra tradisional dasar sehingga menghasilkan melodi yang indah. Terlebih, dengan adanya angklung otomatis ini dapat memproduksi suara yang natural seperti yang dimainkan oleh manusia. Angklung otomatis ini berbasis Raspberry Pi yang digunakan sebagai pengendali utama sebagai penentu gerakan dari actuatornya. Angklung otomatis ini dapat memainkan lagu dengan rata-rata error sebesar 0.2523%.

Kecepatan mengunduh dari lagunya sendiri juga berkutat antara 1.9-8.2 milidetik, dengan keakuratan jumlah getaran suara angklung dengan sistem Angklung Otomatis. Jika dibandingkan dnegan manusia masih memiliki selisih sekitar 1,7241%, sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem ini dapat memainkan angklung secara otomatis dengan suara yang natural dan alunan musik yang tepat.

Melalui Angklung Otomatis, semangat BINUS University sejalan untuk selalu memberdayakan manusia. Semua pengetahuan yang dihasilkan dijadikan karya secara praktik melalui program 3+1 yang diterapkan kepada seluruh mahasiswa, selanjutnya karya itu dapat digunakan dan dinikmati untuk selalu berkontribusi kepada berbagai pihak demi kemajuan bangsa dan negara bahkan berkontribusi secara global.