Jakarta – Bina Nusantara Wheelcair (BNW) – kursi roda dengan kendali otak masih disempurnakan. Namun, kursi roda ini sudah ada yang pesan.

“Sudah ada yang minta dibuatkan dan kondisinya ideal dengan kursi roda ini, tapi belum bisa karena ini masih disempurnakan,” tutur Jennifer Santoso, mahasiswa Binus yang mengembangkan kursi roda ini kala ditemui detikcom di kampusnya, Jl KH Syahdan, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (22/1/2016).

Jennifer meneliti kursi roda berbasis kendali otak ini bersama Ivan Halim Parmonangan, untuk proyek skripsi mereka. Sedangkan dosen pembimbing skripsi mereka, Dr Widodo Budiharto, SSi, MKom menjelaskan bahwa kursi roda yang diteliti bersama anak didiknya ini memiliki beberapa keunggulan, yakni bisa mengoptimalkan hanya 2 saluran dari 14 saluran di neuroheadset yang menangkap sinyal otak dari beberapa bagian otak. Kedua, dari segi kebaruan, maka riset kursi roda berbasis kendali otak ini paling baru.

“Kursi roda ini sudah sangat baik karena sudah sangat cepat dalam pengklasifikasiannya (sinyal otak-red). Karena hanya menggunakan 2 channel dari 14 channel yang digunakan,” tutur Widodo ditemui di tempat yang sama.

Namun ke depan, penyempurnaan akan dilakukan untuk memperbaiki beberapa kelemahan. Pertama, akan diperbaiki dari sisi kontroler seefisien mungkin.

“Sistem catu dayanya agar mampu mensuplai tegangan ke kursi roda selama mungkin. Kemudian mengoptimalkan filtering sistem yang ada karena mau tidak mau kita masih berhadapan dengan noise yang muncul dari sistem tubuh manusia yang mengganggu pembacaan sensor EEG tersebut,” paparnya.

Noise atau keberisikan ini timbul karena banyak sinyal-sinyal tubuh berupa tegangan-tegangan listrik dengan orde yang sangat rendah. Nah, tidak semua sinyal itu dibutuhkan. Bila sinyal yang tak dibutuhkan ini besaranya cukup signifikan, dinamakan sinyal pengganggu. Hal ini berakibat pembacaan data EEG yang kacau.

“Tantangannya adalah ‘membuang’ sinyal-sinyal yang tidak dibutuhkan,” jelas Widodo.

Penyempurnaan kursi roda ini juga melibatkan diskusi dengan pihak-pihak kedokteran yang lebih menguasai sisi medisnya, dalam hal ini Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Widodo juga mengungkapkan rencana produksi dari hasil riset ini melalui fasilitator Binus Create.

“Kita lakukan penelitian dengan fokus dan terus menerus dengan target komersialisasi. Karena itulah yang dibutuhkan Indonesia, yakni kemandirian bangsa,” pungkas dia.