_MG_0818

Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, bahasa, dan agama. Namun sesuai dengan semboyan nasional Indonesia, “Bhinneka Tunggal Ika dengan arti berbeda-beda namun tetap satu, membuat kita sebagai warga Negara Indonesia dituntut untuk tetap bersatu dan dapat memahami perbedaan tersebut dengan menghormati satu sama lain. Berbicara mengenai budaya, maka kita akan mengenalnya sebagai cara hidup yang berkembang yang dimiliki secara bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Untuk dapat lebih memahami bagaimana budaya Indonesia dari sudut pandang psikologi, Fakultas Psikologi BINUS UNIVERSITY bersama dengan Himpunan Mahasiswa Psikologi (HIMPSIKO) kali pertamanya mengadakan acara debat “Psy-On Psychology Debate Championship” dengan tema “Indonesian Culture through Psychological Perspective” di Kampus Anggrek, BINUS UNIVERSITY. Acara yang diselenggarakan mulai dari tanggal 16 – 17 Oktober 2015 ini bertujuan untuk memahami sekaligus menyikapi keberagaman budaya yang ada dari sudut pandang masing-masing mahasiswa yang dijadikan sebagai topik debat dalam kompetisi ini.

Peserta debat berasal dari 10 universitas di Indonesia seperti, Universitas Sumatera Utara, Universitas Islam Indonesia, Universitas Islam Bandung, Universitas Kristen Krida Wacana, Universitas Tarumanegara, Universitas Atmajaya, Universitas Jenderal Achmad Yani, Universitas Airlangga, Universitas Paramadina, dan termasuk BINUS UNIVERSITY. Setidaknya 16 tim ikut serta dalam kompetisi kali ini. Masing-masing tim terdiri dari 3 orang. Setiap tim didampingi oleh dosen masing-masing.

Ditemui pada hari Jumat (16/10), Bapak Raymond Godwin, S.Psi., M.Si. selaku Ketua Jurusan Fakultas Psikologi BINUS UNIVERSITY mengatakan, “Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, berhubung kegiatan debat ini juga dilakukan di bulan Oktober. Karena di bulan ini kita semua sama-sama memperingati hari Sumpah Pemuda. Dengan semangat sumpah pemuda, sangat tepat sekali jika kita adakan kegiatan debat. Kegiatan ini bermanfaat bagi mahasiswa jurusan Psikologi untuk saling unjuk gigi dan beragumen secara logis serta ilmiah. Disamping itu, mahasiswa juga dapat menanggapi isu-isu yang berkaitan dengan budaya Indonesia yang dilihat dari sudut pandang psikologi dan mempraktekkan secara langsung teori-teori yang dipelajari dikelas.”

Di waktu yang bersamaan, Najim selaku Ketua Himpunan dari HIMPSIKO mengatakan, “Dengan kegiatan debat ini, mahasiswa akan dapat membangun relasi dengan beberapa universitas, membangun tingkat kritis dari sebuah permasalahan yang ada di Indonesia, dan membuat kita lebih peduli dengan masalah tersebut. Saya berharap acara ini dapat terus berjalan, kita semua dapat selalu aware dengan psikologi di Indonesia, psikologi tentang nusantara, dan harus semakin punya nama di Indonesia.”

Salah satu anggota peserta yang berasal dari Universitas Islam Bandung (UNISBA), Lulita Oktavia mengatakan, “Saya excited dengan BINUS UNIVERSITY. Dengan tahun pertama BINUS mengadakan lomba debat dapat memacu adrenalin kita semua dalam mempersiapkannya dengan matang. Tema ini cukup unik dibandingkan dengan tema lomba debat lainnya, dan hal ini membuat kita sadar akan masih banyaknya tema yang bisa kita angkat selain yang berasal dari bahasa-bahasa psikologi itu sendiri.” Lulita juga menambahkan bahwa untuk menghadapi budaya yang beragam ini, kita harus tetap berpegang teguh kepada pancasila. Bagaimanapun adanya perbedaan, kita harus tetap bersatu dalam kesatuan Negara Republik Indonesia. Kita harus merasa bangga terhadap Indonesia, memiliki rasa terhadap Indonesia, dan dapat menyatukan Indonesia itu sendiri.

Peserta lain yang menjadi tuan rumah di acara debat ini, Atalya Debora salah satu perwakilan dari tim peserta Jurusan Psikologi BINUS UNIVERSITY pun mengemukakan, “Acara ini dipersiapkan dengan sangat matang sekali dan sangat detail dan tema yang menarik. Dengan debat ini, kita dapat mempertemukan visi dan misi suku bangsa yang beragam dan mempertemukannya untuk menuju Negara Indonesia yang lebih baik. Terlepas dari suku, agama dan budaya yang berbeda, jika kita dapat menjadi seorang pribadi yang baik, maka hubungan kita dengan orang lain pun akan baik-baik saja dan pastinya kita akan merasakan adanya kenyamanan dan kedamaian dengan satu sama lain,” ujar Atalya. (MEL)