Naik turun dollar mengkhawatirkan pelaku ekonomi pada berbagai level. Beruntung BINUSIAN dibekali pengetahuan mengenai fenomena pengetahuan dolar, melalui seminar Dollar Reinforcement to Capital Market Instrument.

Belakangan ini, fenomena pelemahan nilai tukar rupiah menjadi isu yang paling disorot dan diperhatikan. Banyak pihak yang mulai khawatir bahkan pesimis terhadap perekonomian di Indonesia. Lalu bagaimana keadaan pasar modal Indonesia menyikapi pelemahan nilai tukar rupiah tersebut? BINUS UNIVERSITY melalui Program Studi Accounting and Finance menyelenggarakan seminar dan talkshow bertajuk Dollar Reinforcement to Capital Market Instrument.

Seminar yang mengulas tentang pengaruh penguatan dollar Amerika Serikat terhadap instrumen pasar saham Indonesia tersebut mulanya akan menghadirkan Dr. R. Edi Priyo Pambudi selaku Asisten Deputi Moneter, Neraca Pembayaran, dan Perluasan Kerja Kementrian Perekonomian serta Heldy Ruswita Sari, S.E, MSE yang berasal dari divisi riset Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun karena Edi berhalangan hadir, seminar pun dimulai dengan kata sambutan yang diberikan oleh kepala Program Studi Accounting and Finance yaitu Stefanus Ariyanto, SE., M.Ak., CPSAK. “Gejolak dolar dapat mempengaruhi banyak hal dalam suatu negara. Akuntan harus mengerti isu-isu ekonomi makro agar lebih unggul, jangan hanya menjadi akuntan yang biasa-biasa saja,” ujar Stefanus. Ia mengatakan, para mahasiswa akuntansi wajib memahami isu-isu ekonomi, sebab ekonomi adalah ilmu yang serumpun dengan akuntansi.

Seminar kemudian dilanjutkan dengan presentasi oleh pembicara Heldy Ruswita Sari, S.E, MSE. Ia menjelaskan sejarah perkembangan Bursa Efek di Indonesia. Ia juga membahas keterkaitan antara perkembangan rupiah dan pengaruhnya pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). “Pasar modal Indonesia memiliki potensi perkembangan yang sangat besar,” kata Heldy. Ia mengharapkan semakin banyak muncul investor-investor di masa depan.

Terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang dikhawatirkan akan mempengaruhi pasar saham, ia menghimbau semua pihak untuk tidak khawatir. “Net Selling di bursa tidak akan melemahkan nilai tukar rupiah, itu hanya menurunkan nilai investasi,” tegas Heldy. Ia menegaskan bahwa penjualan saham secara total di bursa tidak akan berakibat pada pelemahan nilai tukar rupiah. Ia juga mengungkapkan bahwa, dolar tidak hanya menguat pada mata uang rupiah, tapi juga menguat pada berbagai mata uang di dunia, jadi ini merupakan sebuah fenomena yang wajar. Heldy mengatakan penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat terjadi karena permintaan yang sangat tinggi, sehingga rupiah sulit menguat. Agar rupiah semakin menguat, maka penggunaan dollar di dalam negeri harus dikurangi.

Setelah mengikuti seminar ini, para BINUSIAN diharapkan dapat mengerti secara jelas bagaimana keadaan nilai tukar mata uang dollar dan bagaimana pengaruhnya pada pasar modal. Sebab seorang akuntan harus berpikir luas agar tidak hanya menjadi akuntan di lingkungan kecil. (AS)