Dunia tempat kita tinggal ini menyimpan banyak sekali sejarah peradaban manusia, salah satunya adalah musik. Sejarah hingga saat ini belum mampu mencatat sejak kapan manusia mengenal musik, karena manusia memang dibekali akal budi oleh Yang Maha Kuasa kemauan untuk mendengarkan dan menciptakan hal-hal yang indah.

Berbanding lurus dengan waktu, musik juga senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Dengan beragamnya jenis musik dewasa ini, banyak orang lupa bahwa musik yang ada saat ini lahir dari musik klasik. Menyusuri ruang waktu, Paduan Suara Mahasiswa BINA NUSANTARA (PARAMABIRA) membawakan lagu-lagu indah dari zaman klasik hingga abad 20 dalam Recita 4 yang diadakan pada Selasa (7/4) di ruangan K3A-B Kampus Syahdan BINUS UNIVERSITY.

Recita 4 merupakan wujud penghormatan PARAMABIRA terhadap kekayaan musik dunia. Melalui Recita 4 karya-karya komposer-komposer dunia dihadirkan kembali, mulai dari Giovanni Battista Pergolesi, Pietro Mascagni, hingga WA Mozart. Suara-suara BINUSIAN yang diiringi piano mengalun merdu memecahkan keheningan malam itu dan membawa penonton kembali ke zaman klasik.

Berbeda dengan konser-konser biasanya, kali ini penyanyi-penyanyi PARAMABIRA membawakan lagu-lagu tersebut secara solo, duet, dan kuartet. Mereka ditantang untuk berani bernyanyi solo dengan percaya diri. ?Selain teknik, hal yang penting yang dipersiapkan dalam konser ini adalah mental para penyanyi.. Agar mental mereka juga bisa dikembangkan sebelum menuju konser tahunan dibulan Agustus dan Desember mendatang? ujar Wirvan Liegestu selaku ketua PARAMABIRA

BINUS UNIVERSITY patut berbangga dengan PARAMABIRA yang telah mengharumkan nama BINUS UNIVERSITY dan Indonesia dengan prestasinya. Nama PARAMABIRA telah dikenal hingga ke berbagai penjuru dunia, sebagai salah satu paduan suara mahasiswa yang memiliki kualitas baik. Dibawah asuhan Rainier Revierino PARAMABIRA telah beberapa kali menjuarai kompetisi paduan suara tingkat dunia.

Semoga kedepannya PARAMBIRA tetap menjadi wadah bagi BINUSIAN untuk menuangkan minatnya pada musik dan alunan-alunan musik merdu tetap terdengar ditengah hiruk pikuk kota metropolitan Jakarta. (IV)